Selasa, 02 Oktober 2012
Ternyata itu Cinta ?
"
Kisah ini tidak bermaksud menyudutkan pihak mana pun. Hanya saja memang buat sedikit gamblang karena ini diambil dari sebuah kisah nyata yang sedikit modifikasi...
"
I just hope to sleep And never awaken Nothing left in this world Could replace what you have taken…
Ya... itu yang saat ini sedang Tia rasakan.
Ada rasa perih dalam hatinya, sekalipun hatinya hanya berisi kehampaan.
Air mata mengalir perlahan menuruni kedua pipinya.
Tia menyekanya dengan punggung tangannya.
Apa salahku, Ri???" pertanyaan itu terus bergaung di dalam kepalanya.
Ingatannya terbang ke peristiwa 3 hari yang lalu.
***
Maaf. Bukannya aku gak mau. Aku mau! Tapi aku gak bisa!" ujar Andri menegaskan.
"Kalau emang kamu nda bisa, kenapa dulu kamu memintaku kembali? Kenapa kamu ngotot bilang bahwa… No matter what, kamu akan ikut memperjuangkan hubungan kita. Sekalipun itu artinya kamu harus berhadapan dengan keluargamu yang jelas-jelas sangat menentang keras hubungan kita berdua? Kenapa sewaktu aku masih berkeras menyudahi hubungan ini, kamu malah terus berusaha meyakinkan aku kalau segalanya akan dapat kita hadapi bersama? Kenapa?! " jerit Tia bersamaan dengan derasnya air mata yang mengalir.
”Aku kan udah nyoba. Kita udah mencobanya, tapi hasilnya tetap saja seperti ini."
Bagi Tia, kata² Andri barusan hanyalah sebuah pembelaan kosong.
"Kamu kurang keras mencoba. Kamu kurang maksimal berusaha, karena sebenernya kamu nda pernah ingin menghabiskan sisa hidupmu bersama seorang perempuan yang tidak seiman denganmu!" hardik Tia penuh emosi.
Andri terhenyak. Ia tak pernah melihat Tia se-emosi itu.
”Ya... Kamu benar. Aku belum membuang impianku. Impian untuk memiliki istri yang soleha. Ibu yang... "
"Ibu yang mampu membacakan Al-Quran bagi anak-anak’mu kelak…" Tia dengan cepat memotong kalimat Andri.
Andri menatap Tia tajam, tapi gadis itu menatapnya lebih tajam.
"Aku memang nda akan pernah bisa jadi istri yang soleha dalam pengertian Islam. Aku juga nda akan pernah bisa jadi seorang Ibu yang mampu membacakan Al-Qur'an. Aku cuma bisa terus berdoa meminta lindungan Tuhan untukmu karena kamu tak selalu berada disisiku. Aku hanya mampu meninggalkan keluarga yang selama ini sangat menyayangiku dan sangat aku sayangi... hanya untuk dapat bersatu dengan pria yang sangat aku kasihi. “ kalimat Tia terhenti. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Isak tangisnya pecah menjadi raungan kepedihan yang amat dalam.
Andri terdiam.
"Kalau emang kamu nda bisa, seharusnya kamu nda perlu berjanji untuk terus berada disisi aku. Seharusnya kamu nda berkeras memintaku kembali." Tia meneruskan kalimatnya setelah ia bersusah payah mengatur nafasnya yang memburu akibat emosi dan tangis yang bercampur aduk.
"Release me... and please don't you ever come back again in my life... " Tia beranjak pergi meninggalkan Andri yang terdiam.
***
Tia kembali menyeka air matanya. Namun kali ini ia tersenyum.
Ia segera mengambil secarik kertas dan menggoreskan tinta di lembaran kertas tersebut.
***
Andri tergugu diam.
Matanya menatap lurus pada peti mati hitam yang berada jauh dihadapannya.
Kehampaan memenuhi tatapannya.
"Puas kan loe sama apa yang udah loe perbuat?! " seorang gadis berjilbab melontarkan kalimat sindiran itu tepat sesaat ketika peti mati hitam tersebut diturunkan ke liang lahat.
"Gua sebenernya nda rela liat sahabat deket gua ahirnya kaya gini, tapi disatu pihak gua bersyukur. Dengan begini, dia nda akan lagi tersiksa dengan perlakuan loe ke dia. Sekalipun dia maafin loe,sampe mati pun gua nda akan pernah maafin loe!! Dan kalau
loe dulu takut ngelepas dia karena loe takut nda akan ada cewe laen yang bisa mencintai loe seperti dia mencintai loe, gua yakin loe emang nda akan bisa jumpai cewe manapun yang bisa nerima semua kelakuan busuk loe seperti apa yang udah Tia terima dari cowo egois seperti loe!!" gadis berjilbab itu menangis menahan amarah sembari melemparkan sebuah amplop putih polos ke muka Andri.
Andri tetap diam. Pandangannya tetap tertuju pada kerumunan orang banyak yang berjarak 100 meter dihadapannya. Tangis mereka membahana, seiring sayup-sayup terdengar lagu gereja yang biasa dilantunkan saat pemakaman.
Andri memungut amplop putih polos yang tergeletak di kakinya.
Di depan amplop tersebut tercantum tulisan tangan Tia..."Untuk Andri"
Dengan gemetar, Andri mengeluarkan lembaran kertas dari dalam amplop dan memberanikan diri membaca guratan tinta yang menghiasi lembaran² kertas tersebut.
Ri...,
Maafkan Tia kalau Tia mencoba mengungkapkan apa yang ada di hati Tia saat ini.
Honestly...
When I write this…
I'm terribly shacking.
I'm afraid. Afraid of something that I don't even know what for.
Inget nda, Ri?
Dulu kamu pernah bilang gini ke Tia...
"Toh kalau kamu ngalamin sakit lagi karena saya, kamu nda akan sesakit dulu. Karena ini udah yang kesekian kalinya buat kamu...."
Itu sama sekali jauh dari kebenaran, Ri…
karena...
semakin sering Tia diberi kesempatan untuk mencintai seseorang, semakin kuat rasa cinta itu tumbuh seiring berlalunya waktu.
Kalau emang kamu masih nda bisa memperjuangkan hubungan yang kita punya, tolong... Tia bener² mohon… Kamu cukup ucapkan tanpa perlu berusaha memberi penjelasan panjang lebar.
Dan setelah kata pisah itu terlontar dari bibir (dan hati) kamu, tolong Tia supaya kamu tidak lagi pedulikan Tia.
Menjauhlah sebisa kamu (sekalipun mungkin kelak Tia nda bisa menjauh dari kamu dan akan merengek terus meminta kamu kembali...)
Jangan 'beri makan' hati ini dengan harapan yang kamu sendiri nda yakin bisa mewujudkannya.
Jangan coba menghapus air mata yang mungkin akan deras turun di kedua pipi Tia.
Biarkan Tia lakukan apa yang Tia bisa saat kejatuhan itu datang lagi.
Dan biarlah ini jadi yang terakhir untuk kisah yang pernah kita rajut dan jalani berdua.
Dulu…,
Tia memang pernah mencintai pria lain dengan hati Tia.
Dulu...,
Tia memang pernah punya status kekasih dari pria lain.
Namun…,
Tia memberikan 100% hati Tia hanya untuk seorang pria.
Tia memberikan 100% raga Tia hanya untuk seorang pria.
Tia memberikan 100% masa depan Tia hanya untuk seorang pria.
Seorang pria yang selalu mendapat maaf Tia ... bahkan jauh sebelum dia meminta untuk dimaafkan.
Tia memang mencintaimu, Ri.
Bukan dengan segenap hati Tia.
Bukan dengan segenap jiwa Tia.
Bukan dengan segenap raga Tia.
Melainkan dengan segenap yang ada didiri Tia.
Segenap doa yang Tia panjatkan setiap malam.
Segenap rasa rindu yang senantiasa menyelimuti Tia.
Segenap rasa khawatir dan cemas yang tak mau pergi dikala Andri membiarkan Tia tanpa kabar.
Segenap kemampuan Tia (baik dari sisi jasmani, rohani, maupun finansial) yang Tia berikan dan bagi dengan Andri tanpa pernah Tia mengharapkan balasan.
Bahkan…, segenap hal yang membuat Tia mampu memutuskan 'pergi' dari keluarga yang selama ini sangat berharga buat Tia. dDmi Tia bisa juga membentuk sesuatu yang berharga buat Tia perjuangkan di sisa usia Tia.
Tia memang bukan istri Andri.
Namun Tia sangat menikmati menatap wajah tidur Andri saat Andri tertidur di samping Tia.
Tia menikmati kehangatan dan ketulusan senyum, tawa, bahkan tangis yang Andri bagi dengan Tia.
Tia merasakan lahapnya memakan gumpalan nasi dan lauk dari tangan Andri.
Tia merasakan kehangatan pelukan dan kecupan dari seluruh tubuh Andri.
Tia merasakan kepercayaan seorang suami terhadap istrinya saat Andri perlahan mulai membuka diri dan banyak berbagi cerita dengan Tia.
Akhir kata dari Tia...,
Tia mencintai Andri dengan semua yang ada pada diri Andri.
Dengan seluruh cinta dan 'kepatuhan' Andri pada keluarga, terlebih cinta Andri pada wanita yang telah melahirkan Andri.
Meski hanya sebatas mimpi...,
Tia sempat merindukan mendapat cinta yang sama dari Bundamu, Ri.
Dan ya... Tia mengasihinya, karena dia telah melahirkan dan membesarkan pria yang membuat seluruh keberadaan Tia berada dalam genggaman pria tersebut.
Maafkan Tia, Ri.
Maafkan Tia, karena cinta Tia menyakitimu...
Maafkan Tia, karena sampai detik ini Tia masih… dan bahkan makin mencintai Andri.
PS: Maafkan Tia karena satu-satunya hal yang nda bisa Tia 'lepas' adalah kepercayaan Tia..., karena itu satu-satunya hal yang bikin Tia tetap dapat terus mencintai Andri. Karena hanya kepada DIAlah Tia terus berdoa untuk penyertaanNya bagi setiap langkah Andri.
~Tia~
Kertas itu basah oleh air mata Andri.
Ya... tanpa disadarinya, Andri menangis sepanjang membaca surat yang ditujukan padanya itu.
Surat terakhir dari kekasihnya.
Surat yang penuh ungkapan cinta dan maaf dari seorang gadis yang selama ini kerap ia sakiti, meski ia tak pernah bermaksud menyakiti gadis itu.
"Maafkan aku, sayang... Aku memang pengecut... Seandainya saja aku berani memperjuangkan cinta kita lebih lagi..." Andri menangis kejar seraya memasukkan surat dalam saku celananya.
Tiba-tiba saja, secarik kertas lainnya jatuh dari amplop putih yang masih dipegangnya.
Andri memungut kertas itu.
Rona mukanya berubah seketika itu juga… ekspresi wajah keterkejutan campur penyesalan yang amat dalam....
----------------------------------------------------------------------------------------------------------- Nama : Tiara Usia : 25 tahun Hasil tes kehamilan: + (positif) Keterangan: Hasil tes menunjukkan bahwa yang namanya tertera diatas telah menjalankan tes pemeriksaan kehamilan & telah terbukti positif hamil dgn usia kehamilan 2 bulan 14 hari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar